DAMPAK
KEBUDAYAAN RENAISANCE TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN
KESENIAN MODERN
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang
yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan
dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme.
Zaman ini juga merupakan
penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius
serba bisa. Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan
ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras
untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali satra di Inggris, Perancis, dan
Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu,
seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan
seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern
yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.[1]
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas
antara zaman renaisans dengan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa
zaman modern hanyalah perluasan renaisans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah
membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat
kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju
dengan langkah raksasa zaman uap ke zaman llistrik, kemudian ke zaman atom,
elektron, radio, televisi, roket, dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaisans ini manusia Barat mulai
berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas
kekuasaan gereja yang selama ini membelenggu kebebasan dalam mengemukakan
kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dijelaskan disini antara lain
Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).[2]
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia
menemukan bahwa matahari berada dipusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam
gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi
matahari, Teorinya ini disebut
Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori
Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagat
raya.
Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan
utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa prinsip
Heliosentrisisme akan sangat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak
berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan dan
lingkungan gereja saat itu. Menurut gereja, prinsip Geosentrisisme dianggap
lebih benar daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap siang dan malam kita
melihat semuanya mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama,
karena manusia menjadi pusat prhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu
diciptakan-Nya. Paham demikian disebut Homosentrisime. Dengan kata lain,
prinsip Geosentrisisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Heliosentrisisme.
Jika dalam keadaan demikian prinsip Heliosentrisisme dilontarkan, maka akan
berakibat berubah dan rusaknya seluruh kehidupan manusia saat itu
Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran
tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah
meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan
Bacon yang terkenal adalah Knowledge is power (Pengetahuan adalah Kekuasaan).
Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:
1.
Mesin
menghasilkan kemenangan dan perang modern,
2.
Kompas
memungkinkan manusia mengarungi lautan,
3.
Percetakan yang
mempercepat penyebaran ilmu.
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam
kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe Johannes Keppler. Tycho Brahe
(1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru.
ia membuat alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati
bintang-bintang dengan teliti. Berdasarkan alat-alat besar itu dan nengan
ketekunan serta ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan
selama 21 tahun sangat besar artinya
untuk ilmu dan kehidupan sehari-hari.
Perhatian Tycho Brahe dimulai pada bulan November
tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di gugusan Cassiopea secara
tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi.
Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern disebut
Nova atau Supernova, tergantung dari besarnya dan massanya. Timbulnya bintang
baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai saat itu, yaitu oleh karena
angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang masa, dan
bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian, Tycho berhasil
menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan, dan tenaga
pembantu.
Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho
dan seorang ahli matematika. Setelah Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan
selama 21 tahun itu diwariskan kepada Keppler. Di samping melanjutkan
pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang
guna memelihara perkembangan Astronomi. Dalam mengolah bahan peninggalan Tycho
ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa bergerak,
mengikuti lintasan circle karena sesuai kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua
perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips untuk semua
planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan memang berbentuk
elips.[3]
Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan
penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan
planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa
tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika,
Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentris serta hukum-hukum yang
ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan
teropong itu ia dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang
terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi
oleh empat buah bulan.
Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan.
Pertama, golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan
fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti
berat, panjang, dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang
tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat
sekunder (secondary qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan
tergantung dari panca indera manusia.
Pada masa yang bersamaan dengan Keppler dan Galileo
ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis E, yang kemudian
diubah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian diperluas
oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Keppler mendengar tentang
penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan
logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya
menjadi satu bulan.
Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan Projective
Geometry, yang berhubungan dengan cara melihat sesuatu yaitu manusia A melihat
benda P dari tempat. Oleh karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya,
sedangkan cahaya memancar lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda
oleh satu garis lurus lurus. Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal
Coordinate System, seperti halnya Descrates.
Disamping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori
Al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan
Newton dan Leibniz kemuudian akan menjelma sebagai perhitungan
diferensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun
dasar-dasar perhitungan statistik.
[1] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad
Saebani, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka
Setia. 2008). Hal. 339
[2] Bernard Delfgaaw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Banten:
Tiara Wacana Yogya. 1992). Hal. 104
[3] Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik
sampai yang Modern, ( Yogyakarta: Sanata Dharma, 2007), Hal. 227
Tidak ada komentar:
Posting Komentar